Debat Kandidat: Menguji Gagasan di Tengah Riuhnya Gimik
Debat calon wakil presiden (cawapres) dan calon legislatif (caleg) adalah salah satu pilar demokrasi yang diharapkan menjadi panggung pencerahan. Idealnya, forum ini adalah ruang publik vital untuk menguji visi, misi, dan program kerja para kandidat. Di sinilah pemilih dapat membandingkan solusi atas berbagai masalah bangsa, menakar kapasitas kepemimpinan, dan memahami rekam jejak. Debat yang substantif memberdayakan pemilih untuk membuat keputusan yang cerdas dan bertanggung jawab.
Namun, tak jarang panggung debat justru diramaikan oleh strategi retoris yang lebih condong pada gimik. Serangan personal, one-liner yang viral, janji-janji muluk tanpa detail, atau sekadar pencitraan yang mengedepankan emosi ketimbang logika, sering kali menjadi bumbu utama. Keterbatasan waktu, tekanan media untuk drama, dan keinginan kandidat untuk menarik perhatian instan sering kali mendorong pendekatan ini. Akibatnya, esensi debat sebagai pendidikan politik tergerus, dan pemilih disajikan tontonan yang menghibur namun minim informasi substantif.
Pertarungan antara gagasan dan gimik dalam debat kandidat adalah realitas yang tak terhindarkan. Tugas kita sebagai pemilih adalah untuk tidak mudah terlena oleh kilau gimik, melainkan jeli mencari inti gagasan. Penyelenggara debat perlu terus berinovasi dalam format, dan kandidat harus berani menyajikan substansi. Hanya dengan begitu, panggung debat bisa benar-benar menjadi barometer kualitas kepemimpinan, bukan sekadar etalase sandiwara politik.











