Politik dan Piring Makan: Menguak Pengaruh Kebijakan pada Harga Sembako
Seringkali kita bertanya mengapa harga kebutuhan pokok, atau sembako, bisa naik turun drastis. Jawabannya tidak melulu soal panen atau cuaca. Ada satu aktor besar yang sering luput dari perhatian: politik. Ya, keputusan politik di tingkat tertinggi ternyata memiliki dampak langsung pada isi piring makan kita sehari-hari.
1. Kebijakan Perdagangan dan Ketersediaan
Salah satu cara politik memengaruhi harga sembako adalah melalui kebijakan perdagangan. Pemerintah, melalui keputusan politik, bisa memilih untuk membuka keran impor beras, gula, atau kedelai jika produksi dalam negeri kurang, atau sebaliknya membatasi impor untuk melindungi petani lokal. Pajak impor atau ekspor juga bisa membuat harga di pasar domestik melambung. Keputusan ini langsung memengaruhi ketersediaan barang di pasar dan, pada akhirnya, harganya.
2. Subsidi dan Regulasi Harga
Subsidi adalah alat politik yang ampuh. Pemerintah bisa memutuskan untuk memberikan subsidi pada pupuk bagi petani, atau subsidi harga pada minyak goreng agar terjangkau. Namun, pencabutan atau pengurangan subsidi, yang seringkali merupakan keputusan politik sulit, bisa langsung memicu kenaikan harga. Regulasi mengenai distribusi, standar kualitas, hingga penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) juga merupakan produk politik yang mengendalikan pasar dan mencegah spekulasi berlebihan.
3. Stabilitas Politik dan Rantai Pasok
Stabilitas politik, baik di dalam maupun luar negeri, juga memainkan peran krusial. Konflik geopolitik (seperti perang) bisa mengganggu rantai pasok global, menaikkan biaya logistik, dan pada akhirnya harga komoditas pangan dunia. Di dalam negeri, tahun politik seperti pemilu atau kebijakan yang menimbulkan ketidakpastian, bisa memicu spekulasi dan penimbunan, yang berujung pada kelangkaan dan kenaikan harga.
Kesimpulan
Singkatnya, harga sembako bukanlah sekadar angka ekonomi murni. Ia adalah cerminan dari serangkaian keputusan politik, baik yang disadari maupun tidak, yang diambil oleh penguasa. Memahami kaitan ini membantu kita menjadi konsumen yang lebih kritis dan sadar bahwa dapur kita seringkali adalah arena pertarungan kebijakan politik.











